Salam Satu Jiwa – Malang, Kabupaten Malang mempunyai satu pantai yang terkenal yakni Sendang Biru. Pantai ini berlokasi di Dusun Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
Sebagai negara bahari yang besar, laut tidak bisa dipisahkan begitu saja dari negeri ini. Laut adalah sumber dari segala rezeki yang bisa dipanen kapan saja. Laut adalah gudang harta yang harus dijaga dan dihormati sampai kapan pun terutama bagi mereka yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

Sebagai wujud rasa syukur dan juga hormat kepada alam, beberapa warga di Indonesia kerap melakukan tradisi sesaji kepada laut. Pada bulan-bulan tertentu nelayan atau penduduk di pesisir pantai melakukan larung sesaji ke lautan. Salah satu tradisi larung sesaji yang cukup terkenal di Indonesia adalah Petik Laut yang diadakan di Paciran, Lamongan. Petik Laut sendiri adalah sebuah upacara adat atau ritual sebagai rasa syukur kepada Tuhan, dan untuk memohon berkah rezeki dan keselamatan yang dilakukan oleh para nelayan. Umumnya, kegiatan ini diadakan di seluruh pulau Jawa. Upacara adat adalah salah satu tradisi Masyarakat Tradisional yang masih dianggap memiliki nilai-nilai yang masih cukup relevan bagi kebutuhan masyarakat pendukunganya.
Tidak hanya selaku usaha manusia buat bisa berhubungan dengan arwah para leluhur, pula ialah perwujudan keahlian manusia buat membiasakan diri secara aktif terhadap alam ataupun lingkungannya dalam makna luas. Ikatan antara Alam serta manusia merupakan suatu keharusan yang tidak bisa di tolak, sebab ikatan tersebut mempunyai nilai- nilai sakral yang sangat besar, perihal ini diungkapkan dalam personifikasi mistik kekuatan alam, ialah keyakinan pada makhluk gaib, keyakinan pada dewa pencipta, ataupun dengan mengkonseptualisasikan ikatan antara bermacam kelompok sosial selaku ikatan antara binatang-binatang, burung-burung, ataupun kekuatan-kekuatan alam.
Tujuan utama dari Petik Laut merupakan buat bersyukur kepada Tuhan yang sudah membagikan banyak rezeki kepada nelayan. Tiap tahun, nelayan dapat memanen banyak ikan semacam tidak terdapat habisnya. Selaku bentuk rasa syukur itu, masyarakat melaksanakan sedekah laut dengan mengarak banyak kapal yang sudah diberi hasil bumi serta sebagian sesaji yang lain. Tidak hanya bersyukur kepada Tuhan, prosesi ini pula dicoba buat membagikan persembahan kepada penguasa laut selatan. Tidak dapat dimungkiri lagi, untuk pelaut ataupun nelayan, kekuatan tidak kasat mata di laut selatan masih dipercaya dengan kokoh. Tidak hanya kepada penguasa laut selatan, upacara larung sesaji ini pula dicoba buat menghormati leluhur yang sudah mengarahkan mereka metode menangkap ikan dengan benar di lautan.
Tradisi ini semenjak dulu hingga saat ini dicoba kala masa Baratan ataupun masa hujan. Pemilihan waktu tersebut sebab ialah waktu buat tutup playang( tutup tahun) untuk nelayan. Bisa kita analisa bahwasanya pergantian tradisi petik laut telah dicoba semenjak tahun 1970- an. Prosesi petik laut dicoba dengan pemotongan kepala kerbau ataupun sapi ialah kegiatan inti dalam tradisi penerapan petik laut di era dulu. Kemudian kepala kerbau ataupun kepala sapi tersebut dipersembahkan kepada laut dengan metode diletakkan di tiang pancang.

Tiang pancang selaku simbol keluar serta masuknya kapal nelayan. Tiang itu dulu dibuat dari batang tumbuhan kelapa tetapi saat ini telah ditukar dengan tiang dari besi supaya lebih awet. Ritual pemotongan kepala kerbau serta kepala sapi dicoba saat sebelum tahun 1970- an tetapi pada tahun 1970 hingga saat ini sudah dicoba pergantian secara total. Tidak hanya itu, terdapat pula ritual perayaan kapal dengan bersama- sama mengendarai kapal mengarah ke tengah laut selaku ciri suka cita. Persembahan yang dicoba ialah bentuk ritual buat perkataan terima kasih kepada alam serta buat menampilkan kepada Tuhan bahwasannya warga nelayan sudah makmur.
Sebaliknya tradisi petik laut hingga saat ini ini dicoba sebab digunakan buat hiburan warga nelayan. Eksistensi petik laut senantiasa dilaksanakan sebab dikira ialah peninggalan nenek moyang serta ialah perlengkapan buat melindungi tali silaturrahmi antar masyarakat Paciran. Kepercayaan warga menimpa tradisi petik laut wajib senantiasa dilaksanakan sebab apabila tidak dilaksnakan hingga hendak mempengaruhi pada ketenangan emosi. Apabila keperluan emosi jiwa atas sesuatu kepercayaan tidak terlaksana hingga hendak memunculkan rasa tidak tenang. Rasa tidak tenang hendak merangsang rasa ketakutan hendak suatu yang hendak terjalin, semacam khawatir Tuhan kurangi rejeki yang diberikan dan khawatir terdapatnya pergantian alam sehingga menganggu keseimbangannya.
Jadi bagi aku tradisi ini terdapat hubungnnya dengan Pancasila, dimana tradisi ini ada nilai budaya serta nilai religius. Nilai budaya yang tercantum dalam ritual Petik laut ini sangatlah besar. Masyarakat menjunjung besar serta melindungi laut mereka yang membagikan rezeki tanpa batasan.
Dengan terdapatnya tradisi ini, mereka hendak melindungi lautan dari peluluhlantahkan supaya terus memperoleh banyak limpahan rezeki. Tanpa laut, hidup mereka tidak hendak berjalan dengan baik. Tidak hanya faktor budaya, faktor kekeluargaan pula nampak dengan sangat besar pada prosesi ini. Seluruh masyarakat bahu- membahu dalam mempersiapkan kegiatan. Mereka hendak bersama- sama menyukseskan kegiatan yang sangat berarti untuk mereka. Tidak terdapat sang kaya ataupun sang miskin, seluruh melaksanakan pekerjaan bersama- sama demi kemakmuran. Ada pula Nilai religius dari upacara petik laut, ialah:
- Memohon pada Tuhan agar para nelayan dianugerahi hasil laut yang melimpah pada tahun yang akan datang.
- Sebagai salah satu media permohonan kepada Tuhan yang Maha Esa, agar selalu diberikan perlindungan, dijauhkan dari marabahaya dan dianugerahi keselamatan.
- Mensyukuri rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah dilimpahkan berupa hasil penangkapan ikan yang tidak kunjung henti sepanjang musim.
- Sebagai salah satu upaya menanamkan perasaan cinta bahari bagi masyarakat nelayan Paciran, sehingga kehidupan laut yang telah mendatangkan manfaat dapat terpelihara secara lestari.
Dengan diadakannya upacara petik laut, sekelompok masyarakat yang hidupnya mengandalkan hasil laut bersuka cita karena telah beberapa waktu masyarakat nelayan berhenti melaut. Dengan digelarnya upacara tersebut menandakan bahwa laut yang yang telah menjadi sumber kehidupannya akan kembali memberikan limpahan rizeki yang tentunya datang dari Tuhan. Karena upacara adat petik laut ini dikaitkan secara kental dengan budaya Islam, maka terdapat acara pembagian sembako bagi warga miskin di sekitar daerah tersebut.
Upacara adat ini diadakan sejak zaman nenek moyang terdahulu, hanya saja pada zaman dahulu kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan animisme atau dinamisme sangat kuat, sehingga cara atau prosesi yang dilakukan memiliki banyak perbedaan dengan prosesi yang ada sekarang, yang memasukkan unsur Islam dalam kegiatan upacaranya. Upacara adat ini juga memiliki tujuan yang sebenarnya tidak begitu diprioritaskan, tujuan itu adalah adanya kerukunan dan hubungan sosial yang baik antara masyarakat nelayan di sekitar daerah Paciran. Tradisi ini harus tetap dijalankan dan dilestarikan.

Di mana Tradisi Petik Laut Diadakan
Lalu, di mana tradisi petik laut diadakan Petik laut, umunya dilakukan pada bulan suro di wilayah pesisir seperti di Banyuwangi, Jawa Timur, petik laut diadakan pada hari Rabu terakhir pada bulan Sapar, yang dikira selaku hari turunnya wabah penyakit serta bencana.
Bagaimana Petik Laut Dilakukan?
Ritual dimulai pembuatan sesaji oleh sesepuh nelayan. Setelah itu perahu kecil (perahu sesaji) disiapkan serta terbuat seindah bisa jadi mirip kapal nelayan yang biasa digunakan melaut, setelah itu sesaji tersebut di hanyutkan ke laut.
Dalam upacara petik laut para nelayan menghias perahu seindah bisa jadi, tidak hanya itu bermacam perayaan- perayaan yang dilaksanakan semacam halnya mengadakan pengajian, orkes dangdut, serta sebagainya cocok kemauan para nelayan di tiap- tiap wilayah. Di Madura, seluruh jenis bahan yang dihanyutkan memiliki nilai filosofis kehidupan tiap hari.